TWA Pananjung Pangandaran

Taman Wisata Alam (TWA) Pananjung Pangandaran mempunyai luas 34.32 Ha yang ditetapkan berdasarkan S.K Menteri Pertanian pada tanggal 30 Aug 2010 dengan No. 484/Menhut-II/2010.

Berdasarkan administratif pemerintahan, kawasan ini terletak di Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Propinsi Jawa Barat, sedangkan secara geografis kawasan TWA Pananjung Pangandaran terletak pada koordinat 108°39'18" - 108°39'52" BT dan 7°42'16" - 7°42'35" LS.

34.32

Luas Area (Ha)

0

Desa Penyangga

Letak Ketinggian (m.dpl)

0 - 20

Tanah

NA

Tipe Iklim

Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim TWA Pananjung Pangandaran termasuk tipe B

Curah Hujan (mm)

3,196

Kelembaban (%)

80 - 90

Temperatur (0C)

25 - 30

Sejarah Kawasan

  • Sejarah terbentuknya kawasan konservasi di Pangandaran pada saat Residen Priangan (Y.Eycken) berkuasa tahun 1922, mengusulkan untuk menjadikan kawasan yang semula tempat perladangan menjadi taman buru.
  • Pada tahun 1934 dilaksanakan Penunjukan kawasan Pananjung Pangandaran seluas 457 ha menjadi Suaka Margasatwa berdasarkan GB No. 19 Stbl 669 yang dikeluarkan oleh Director Van Scomishe Zoken, tanggal 7 Desember 1934.
  • Pada tahun 1961, Perubahan status dari Suaka Margasatwa menjadi Cagar Alam Pangandaran seluas 457 ha berdasarkan SK Mentan No.34/KMP/1961, tanggal 20 April 1961 dengan ditemukannya bunga Rafflesia patma.
  • Pada tahun 1978 terjadi Perubahan fungsi sebagian kawasan CA Pangandaran menjadi Taman Wisata Alam (TWA) seluas 37,7 Ha, sehingga luas CA Pangandaran menjadi 419,3 Ha, berdasarkan SK Mentan No. 170/Kpts/Um/1978 tanggal 10 Maret 1978.
  • Tahun 2001 dilakukan tata batas, luas CA Pangandaran menjadi 454,615 Ha dengan panjang batas 9.928 meter.
  • Penetapan Kawasan Hutan Cagar Alam Pananjung Pangandaran seluas 454,615 Ha dan Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran seluas 34,321 Ha berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.484/Menhut-II/2010 tanggal 30 Agustus 2010.

Nilai Konservasi

Potensi Flora:

  • Flora yang paling menarik dari potensi flora di kawasan ini adalah adanya bunga Rafflesia Padma, sedangkan 80 % flora yang terdapat di sekitar merupakan vegetasi hutan sekunder tua dan sisanya adalah hutan primer. Pohon yang dominan antara lain Laban (Vitex pubescens), Kisegel (Dilenia excelsa), dan Marong (Cratoxylon formosum). Selain itu banyak juga terdapat jenis jenis pohon seperti Reungas (Buchanania arborencens), Kondang (Ficus variegata), dan Teureup (Artocarpus elastica).
  • Ekosistem hutan pantai didominasi oleh jenis-jenis Butun (Barringtonia asiatica), Ketapang (Terminalia cattapa), Nyamplung (Calophylum inophylum), Waru Laut (Hibiscus tiliaceus).
  • Ekosistem hutan dataran rendah, didominasi oleh jenis Laban (Vitex pubescens), Kondang (Ficus variegata), Marong (Cratoxylon formosum), Kisegel (Dilenia excelsa).
  • Ekosistem hutan tamanan, didominasi oleh Jati (Tectona grandis) dan Mahoni (Swietenia macrophyla), dan Kormis (Acacia auriculiformis)

Potensi Fauna:

Rusa (Cervus timorensis), Banteng (Bos sondaicus), Kijang (Muntiacus muntjak), Tando (Cynocepalus variegatus), Kalong (Pteropus vampyrus), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Lutung (Tracyphithecus auratus), Kangkareng (Anthracoceros convexus), Rangkong (Buceros rhinoceros) dan Ayam hutan (Gallus gallus). 

Potensi Hidrologi:

Sungai terbesar adalah Sungai Cikamal yang mempunyai muara di Pantai Barat dan Sungai Cirengganis yang bermuara di Pantai Timur.

Potensi Wisata:

  • Goa Panggung: Goa ini memiliki panjang ± 30 m, menembus bukit batu dan berakhir di Pantai Timur yang menghadap ke laut. Di ujung goa tedapat semacam panggung tempat pertunjukan. Di dalam goa ini dapat dijumpai stalagtit yang menarik. Terdapat sebuah makam yang konon adalah kemenakan Nyi Roro kidul yang terletak diatas panggung. ini memiliki nilai legendaris yang kadangkala dipakai untuk bersemedi oleh sebagian pengunjung.
  • Goa Parat : Goa Parat letaknya berdampingan dengan Goa Panggung. Bagian dalam goa ini semakin luas dan di dalamnya terdapat stalagtit dan stalagmit yang cukup menarik. Goa ini menembus bukit kearah pantai timur yang di depannya terdapat 2 buah makam kuno peninggalan masa transisi Hindu dan Islam.
  • Goa Lanang : Goa Lanang terletak diatas bukit kecil diantara hutan Jati. Di mulut goa terdapat stalagtit yang unik tetapi didalamnya terdapat ruangan yang luas yang tidak
    berstalagtit/stalagnit. Pada dinding didalam goa terdapat relief alam yang mirip relief sebuah Candi.
  • Goa Sumur Mudal : Goa Sumur Mudal letaknya di bagian tengah dari kawasan TWA dimana pada mulut goa berbentuk setengah lingkaran dan hampir tertutup oleh batu besar sehingga berbentuk celah saja. Pada dinding goa dihiasi relief yang indah.
  • Goa Jepang : Goa ini terletak di bagian Barat kawasan, goa ini keunikannya adalah mempunyai parit yang berliku mengitari bukit. Parit tersebut menghubungkan lobang menghadap ke laut yang merupakan peningglan Jepang pada masa perang dunia kedua.
  • Batu Kalde : Obyek ini terletak dibagian tengah sebelah utara kawasan sekitar 100 meter dari pagar batas. Di lokasi terdapat arca kecil yang terbuat dari batu yang telah lapuk oleh cuaca dan waktu, berbentuk sapi jantan yang diperkirakan berasal dari jaman Hindu. Terdapat juga batu-batu yang diperkirakan sisa-sisa sebuah candi dan disekitarnya terdapat 5 buah makam kuno yang menurut legendanya adalah makam pahlawan-pahlawan dari kerajaan Galuh.

Keanekaragaman Hayati

NA

Lokasi kawasan
Berdasarkan administratif pemerintahan, kawasan ini terletak di Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Propinsi Jawa Barat, sedangkan secara geografis kawasan TWA Pananjung Pangandaran terletak pada koordinat 108°39'18" - 108°39'52" BT dan 7°42'16" - 7°42'35" LS.
Aksesibilitas
- Jakarta > Bandung > Tasikmalaya > Pangandaran, ± 393 Km dengan waktu tempuh ± 10 jam menggunakan kendaraan umum (Bis). - Semarang > Cirebon > Ciamis > Pangandaran ± 448 Km dengan waktu tempuh ± 11,5 jam menggunakan kendaraan umum (Bis) - Yogyakarta > Purwokerto > Banjar > Pangandaran ± 385 Km dengan waktu tempuh ± 9,5 jam menggunakan kendaraan umum (Bis). - Cilacap > Banjar > Pangandaran ± 172 Km dengan waktu tempuh ± 4,5 jam menggunakan kendaraan umum (Bis). - Cilacap > Kalipucang > Pangandaran ± 70 Km dengan waktu tempuh ± 5,5 jam menggunakan kendaraan umum (Kapal Laut dan Bis). - Bandung > Tasikmalaya > Pangandaran ± 236 Km dengan waktu tempuh ± 6 jam menggunakan kendaraan umum (Kereta Api dan Bis). - Surabaya > Yogyakarta > Banjar> Pangandaran ± 510 Km dengan waktu tempuh ± 13 jam menggunakan kendaraan umum (Kereta Api dan Bis).

Kawasan TWA Lainnya

Berikut kawasan konservasi dengan fungsi serupa yang dikelola oleh BBKSDA Jawa Barat.

Tampilkan semua
Tiktok